Tiga mol B dikonsumsi untuk setiap mol A. Jadi, B menghilang dengan kecepatan tiga kali menghilangnya A atau laju menghilangnya B = 3 × laju menghilangnya A. Dengan cara yang sama, dapat dituliskan bahwa
laju
pembentukan C = 2 × laju menghilangnya A
laju
pembentukan D = 2 × laju menghilangnya A
Laju
menghilangnya zat bernilai negatif
(konsentrasi berkurang dengan waktu) dan laju pembentukan bernilai positif (konsentrasi bertambah dengan
waktu). Dengan memperhatikan semua hal tersebut, akan didapatkan satu rumusan
tunggal yang positif. Contohnya bila
dinyatakan sebagai
PENENTUAN LAJU REAKSI MELALUI
PERCOBAAN
Untuk
menentukan penyelidikan laju reaksi, perhatikan gambaran spesifik tentang
peruraian hidrogen peroksida dalam larutan air
(grafik hal-148 Petrucci jilid-2)
Untuk menentukan laju rata-rata dapat dilakukan dengan mudah yaitu dinyatakan
sebagai ∆[H2O2]/∆t, laju rata-rata merupakan nilai
rata-rata selama interval waktu yang dipilih. Laju reaksi dinyatakan sebagai
kemiringan garis tangent. Sebagai contoh laju peruraian H2O2
rata-rata 15 × 10-4 mol L-1 det-1 dalam
interval waktu dari 0 sampai 400 detik (lihat data pertama pada tabel!)
Untuk mencari laju sesaat pada waktu tertentu cari kemiringan garis tangent pada
waktu tertentu. Laju ini dapat diperoleh dengan membagi perubahan konsentrasi
pereaksi yang terjadi dalam interval waktu pendek yang mengikuti reaksi (∆
pereaksi) dengan interval waktu (∆t). Sebagai contoh, untuk menghitung laju
sesaat pada t=0 (laju awal), lihat grafik!
HUKUM LAJU REAKSI
Untuk reaksi hipotetik
dimana a, b, … merupakan koefisien
reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
Dalam rumusan tersebut, lambang [A],
[B], … menunjukkan konsentrasi molar. Pangkat m, n, … merupakan angka-angka
bulat yang kecil, walaupun dalam beberapa kasus dapat berupa pecahan ataupun
negatif. Penting untuk diingat bahwa tidak ada hubungan antara pangkat m, n, …
dengan koefisien reaksi a, b, … faktor k merupakan tetapan laju. Faktor
tersebut merupakan sifat yang khas dari suatu reaksi dan hanya bergantung suhu.
Satuan k bergantung pada orde reaksi
REAKSI
ORDE NOL
Contoh dari reaksi orde nol adalah
reaksi enzimatik pada metabolisme dan fotosintesis. Pada reaksi orde nol, laju
reaksi tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi sama sekali, reaksi
berlangsung pada laju yang tetap
Grafik
konsentrasi pereaksi dengan fungsi waktu harus merupakan garis lurus
REAKSI
ORDE PERTAMA
Perhatikan reaksi orde pertama
hipotetis
Hukum laju reaksinya adalah
Pengujian untuk reaksi orde pertama,
adalah dengan memetakan logaritma konsentrasi reaksi orde pertama pereaksi
terhadap waktu dan menentukan apakah grafiknya linear (lihat gambar 14-4
hal-155 Petrucci jilid-2!)
REAKSI
ORDE KEDUA
Bila reaksi hipotetik
Merupakan reaksi orde kedua terhadap
A, berarti bahwa laju reaksinya adalah
Bila reaksi hipotetik
Merupakan orde pertama terhadap A dan
juga terhadap B, orde totalnya adalah orde kedua, dan
Tetapi, orde reaksi tidak dapat diduga
dari persamaan reaksi. Orde reaksi hanya
dapat ditentukan dari data laju reaksi
Memetakan
1/[A]t sebagai fungsi waktu menghasilkan sebuah garis lurus dengan
kemiringan k
TEORI
TUMBUKAN
Menurut teori ini, reaksi berlangsung sebagai
hasil tumbukan antar partikel pereaksidengan energi minimum dan arah yang tepat
→
tumbukan efektif
Energi minimum agar terjadi reaksi → energi pengaktifan/ energi
aktivasi (Ea)
(a) tumbukan yang tidak memungkinkan
terjadinya reaksi
(b) tumbukan yang memungkinkan
terjadinya reaksi
Molekul-molekul harus mempunyai
orientasi tertentu bila tumbukan akan efektif untuk menghasilkan reaksi kimia
Laju reaksi kimia bergantung pada
hasil kali frekuensi tumbukan dengan fraksi molekul yang memiliki energi sama
atau melebihi energi aktivasi. Karena fraksi dari molekul teraktifkan ini
biasanya sangat kecil, laju reaksi biasanya jauh lebih kecil daripada frekuensi
tumbukannya sendiri. Semakin tinggi nilai energi aktivasi, semakin kecil fraksi
molekul yang teraktifkan dan semakin lambat reaksi berlangsung
Bila dinyatakan frekuensi tumbukan
sebagai z, fraksi molekul teraktifkan sebagai f, dan faktor probabilitas
sebagai p, laju reaksi kimia mempunyai rumusan
Frekuensi tumbukan berbanding lurus
dengan konsentrasi molekul-molekul yang terlibat dalam tumbukan (katakanlah A
dan B). dengan demikian z dapat diganti dengan [A] [B] dan rumusan laju reaksi
yang lebih dikenal ini dapat dituliskan
Menunjukkan reaksi dengan orde total
2, namun orde reaksi lain mungkin ada. Disini, faktor probabilitas lebih kecil
daripada yang dapat dijelaskan berdasarkan orientasi molekul
Teori
Tumbukan → Henry Eyring (1901
– 81)
Teori ini dipusatkan pada spesies
antara (intermediet spesies) yang disebut kompleks
teraktifkan, yang terbentuk selama tumbukan energetik. Spesies ini ada
dalam waktu yang sangat singkat, dan kemudian terurai, dapat kembali menjadi
pereaksi-pereaksi awal (dalam hal ini tidak ada reaksi) atau menjadi
molekul-molekul hasil reaksi. Kompleks teraktifkan dapat dikemukakan sebagai
berikut
Pada kompleks teraktifkan terdapat
ikatan lama yang meregang mendekati putus, dan ikatan baru yang terbentuk sebagian.
Hanya bila molekul-molekul yang bertumbukan mempunyai jumlah energi kinetik
yang besar untuk disimpan dalam spesies teregangkan tersebut maka kompleks
teraktifkan akan terbentuk. Energi yang diperlukan tersebut adalah energi
aktivasi
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
1). Pengaruh konsentrasi pereaksi
Pada konsentrasi tinggi jumlah
partikel zat besar sehingga frekuensi tumbukan antar partikel pereaksi
kemungkinan semakin besar (diharapkan akan lebih banyak terjadinya tumbukan
efektif), dengan demikian laju reaksi semakin cepat
2). Pengaruh luas permukaan bidang
sentuh
Semakin luas permukaan maka semakin luas
bidang sentuh molekul untuk bereaksi sehingga frekuensi tumbukan semakin besar (diharapkan
akan lebih banyak terjadinya tumbukan efektif), dengan demikian laju reaksi
semakin cepat
Zat-zat pereaksi dalam bentuk serbuk
memiliki luas permukaan bidang sentuh yang lebih besar dibandingkan dalam
bentuk kepingan. Berikut penjelasan mengenai hal tersebut
Balok II merupakan balok I yang
dipotong menjadi dua bagian yang identik. Balok III merupakan balok I yang
dipotong menjadi empat bagian yang identik
Luas total permukaan masing-masing
balok I, II, dan III adalah sebagai berikut
3). Pengaruh suhu
Peningkatan suhu meningkatkan fraksi
molekul yang memiliki energi melebihi energi aktivasi
(lihat gambar 14-8 hal-163 Petrucci jilid-2)
Frekuensi tumbukan meningkat dengan
meningkatnya suhu, dan kita dapat mengharapkan hal itu sebagai faktor untuk
mempercepat suatu reaksi kimia
4) Pengaruh katalis
Fungsi katalis dalam reaksi kimia
ialah menyajikan reaksi alternative dengan cara memberikan jalan reaksi dengan
energi aktivasi yang lebih rendah. Dalam reaksi kimia, katalis sendiri tidak
mengalami perubahan yang permanen
Sumber:
Ralph H. Petrucci - Suminar. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern (Edisi Keempat - Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Perkuliahan Oleh Dra. Chansyanah Diawati, M.Si
Ralph H. Petrucci - Suminar. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern (Edisi Keempat - Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Perkuliahan Oleh Dra. Chansyanah Diawati, M.Si
Tidak ada komentar:
Posting Komentar